_____-:: The clasic piano ::-_____
chapter 3: "paranoid kid"
bel istirahat berdentang. sebagian murid keluar menikmati udara segar. sebagaian lainnya masih di dalam. Rein keluar menemui kepala sekolah. pembicaraan yang sangat rahasia sedang terjadi.
waktu terus berlalu dan pelajaran pun usai. Kaori pergi ke club seperti biasa. terkejutnya dia ketika Rein ada disana.
Kaori: "kau?"
Rein: "aku anggota baru. salam kenal."
Rein melampaikan tangan sok akrab. dia duduk di kursi yang biasanya di tempati Kaori.
Kaori: "Akira. benarkah itu?"
Akira: "dia suruhan kepala sekolah. katanya dia keturunan paranormal yang bisa mengusir hantu."
Akira hari ini juga tidak merokok. dia lupa membeli korek api.
Rein: "yup begitulah. kepala sekolah secara khusus memintaku kemari. dia sudah cerita tentang ruangan ini."
Kaori: "kalo ghitu kau pasti juga tau cerita paranormal yang tewas di sekolah ini."
Rein: "eh? kalo yg itu aku belum tau."
Tori, Mizu dan Fuuka datang bersamaan. setelah memperkenalkan diri. mereka duduk di bangku kecuali Akira yang suka duduk di jendela. Kaori memilih kursi yg jauh dari Rein.
Rein: "jadi bagaimana paranormal yang tewas itu?"
Kaori: "tahun lalu. kepala sekolah mendatangkan paranormal yang tidak terkenal untuk mengusir roh jahat. tapi paranormal itu justru kerasukan dan mencekik lehernya sendiri."
semuanya diam membisu. Rein justru tertarik.
Kaori: "bila kau ingin cerita selengkapnya, kau bisa cari koran januari tahun lalu."
Fuuka: "Rein-kun, bagaimana menurutmu ruangan ini? masih berhantu?"
Rein: "sebenarnya aku tidak tahu."
seperti dugaan Kaori. Rein hanya anak biasa. dia sebenarnya bukan paranormal.
Tori: "tapi katanya kau didatangkan khusus oleh kepala sekolah?"
Rein: "iya benar."
Tori: "jadi kepala sekolah hanya mengada-ada?"
Rein: "aku hanya sekali saja mengusir hantu dan saat itu pak Tanaka juga melihat."
Tori: "owh begitu."
Akira diam tidak peduli perbincangan yang ada di dalam. Kaori tak sabar menunggu besok untuk menyelidiki rumah keluarga Yuki.
Tori: "lirik set yang kemarin mana?"
Mizu: "ku serahkan pada ayahku untuk di periksa di laboratorium. tapi aku sudah memfotocopynya."
Mizu mengeluarkan lembar lirik dari tasnya. gantungan kunci berbentuk teddy bear yang lucu menghiasi tas Mizu. Tori menatap cermat lirik itu.
Kaori: "Tori-kun, kau tahu lirik lagu apa itu?"
Tori: "aku tak yakin ini sebuah lirik."
Fuuka: "menurutku itu sebuah pesan. not baloknya tidak karuan. bila dimaenkan dengan piano jadi tidak beraturan."
Tori: "aku juga berpikir begitu."
Kaori: "jadi itu bukan lirik melainkan pesan tersembunyi."
Rein: "boleh aku lihat?"
Tori memberikan lembar itu pada Rein. Rein kemudian mencermati tiap nada di lirik tersebut. tak lama kemudian dia meletakkan kembali ke atas meja.
Rein: "aku tak pernah belajar musik. tapi noda tumpahan di bagian bawah terasa janggal."
Kaori: "kami juga berpikir begitu. seperti sengaja di celupkan."
Rein: "bukan itu. tapi tumpahan itu seperti tumbahan bahan dari alam lain."
Tori: "ma-maksudmu? bukan dari alam nyata?"
Rein: "aku tidak yakin. kalo saja aku lihat yang aslinya."
Mizu: "itu tidak bisa sekarang. mungkin beberapa hari lagi atau minggu depan atau bulan depan."
Kaori mulai curiga kalo Rein hanya mengada-ada. sejak dulu Kaori emang sulit untuk percaya hal-hal mistis yang tidak bisa dijelaskan dengan logika. club music yang aneh. bukannya memperdalam ilmu music tapi justru menyelidiki tentang alam lain. tapi bagaimana lagi. pelajaran music di sekolah itu tidak ada dan kepala sekolah tidak bisa menutup club itu begitu saja.
ruangan menjadi sepi tak ada pembicaraan. Rein jadi tidak enak.
Rein: "anyway, aku penasaran kenapa club sepi seperti ini tetap dibuka"
Akira: "karena memang tidak boleh ditutup."
Rein: "kenapa tidak boleh ditutup?"
Akira: "ini berhubungan dengan cerita 13 tahun yang lalu..."
4 tahun setelah kematian Yuki. banyak sekali murid yang tewas dengan tidak wajar. hingga kemudian salah satu anak mengusulkan untuk membentuk club music. semula kepala sekolah tidak setuju karena bisa jadi hal buruk terjadi pada anak itu. tapi dengan lantang anak itu menjawab bahwa apapun yang terjadi pada dirinya, dia sendiri yang akan menanggungnya.
sejak saat itu kejadian buruk berhenti. tidak ada korban lagi. waktu terus berlalu dan anak itu kelas tiga semester terakhir yg berarti mau tidak mau club itu akan di tutup karena tidak ada yang mengurus. beberapa minggu club itu kosong dan kejadian aneh mulai kembali lagi dan menewaskan 3 murid. akhirnya kepala sekolah meminta 1 suka relawan untuk bersedia mengurus club music tersebut. semula para siswa tidak ada yang mau. kemudian kepala sekolah memberikan hak spesial ke club music yaitu club music tidak akan di awasi oleh satu guru pun, club music bebas untuk tidak ikut festival tahunan.
1 orang akhirnya mengajukan diri dan kejadian aneh pun berhenti.
Rein: "owh jadi begitu? jadi kita yang ada disini adalah tumbal?"
Akira: "bukan sembarang tumbal. bila kita tidak hati-hati. keberadaan kita juga bisa lenyap."
Rein: "yang benar?"
Kaori: "kenapa? takut? bila kau tak sanggup menerima resikonya, belum terlambat untuk mengundurkan diri."
Rein melihat Mizu dan Fuuka yang lebih kecil darinya tapi raut wajah mereka tidak terlihat takut.
Rein: "yang benar saja. ini sustru semakin menarik."
waktu sudah menjelang sore hari. mereka pulang bersamaan.
tanpa di duga ternyata Tori dan Rein tidur di penginapan yang sama tapi beda ruang tidur. penginapan di desa itu cukup murah. pemiliknya juga ramah. malam itu Tori pergi ke beranda. langit malam dengan bintang yang bersinar cemerlang. jauh beda di kota yang penuh lampu di malam hari jadi sulit melihat bintang. suasana pedesaan yang asri serta kaya oksigen. tapi bagaimanapun Tori harus berhemat. Rein muncul lalu duduk tak jauh dari Tori.
Tori: "hey Rein-kun. katamu kau hanya sekali mengusir hantu? gimana ceritanya?"
Rein: "waktu itu ada anak kerusupan. aku juga kesurupan. tapi aku tidak kehilangan kontrol sepenuhnya. aku merasa ada malaikat yang mnggerakkan tubuhku dan mengusir roh jahat."
Tori: "jadi kau benar-benar bukan paranormal?"
Rein: "aku rasa begitu. tapi aku masih bisa merasakan malaikat itu ada di dalam tubuhku."
Tori: "............"
Tori menduga bahwa Rein bukan paranormal melainkan paranoid.
malam telah larut dan berganti minggu pagi.
sesuai janji, Tori pergi untuk menyelidiki rumah Yuki bersama Akira dan Kaori.
Akira dan Kaori sudah menunggu di dekat sekolah dengan sepeda mereka. Rein sengaja tidak diajak karena dia masih tidur.
Tori: "eh? emang jauh ya kok pake sepeda?"
Kaori: "ya begitulah."
Tori: "whoaaa aku ga ada sepeda. jadi aku batal ikut?"
Kaori: "kau pake sepeda Akira."
Tori: "lalu Akira-senpai."
Kaori: "boncengan ama aku."
Akira tak banyak bicara. rokok dimulutnya dia buang dan diinjak supaya padam. mereka pun berangkat. epertinya Kaori merasa lebih aman di dekat Akira. entah ada apa dengan mereka atau memang sifat Kaori saja yang menjaga jarak terhadap laki-laki yang masih asing seperti Tori dan Rein.
sesampainya disana, Tori dan Akira memarkir sepeda di halaman rumah. Rumah yang sudah lama ditinggalkan dengan rumput yang tumbuh tingga dan tidak pernah di potong.
Tori: "lho? Kaori tidak ikut kedalam?"
Kaori: "kalo aku ikut siapa yang jaga sepedanya? bisa-bisa di curi orang ntar."
Tori: "............"
Tori tahu kalau itu cuma alasan aja. Kaori takut tikus dan kecoak jadi enggan untuk masuk. alasan wanita emang tak terbantahkan.
Tori: "pintunya di kunci."
Akira: "kita masuk lewat samping."
Tori: "he? jadi kayak maling aja."
Jendela samping tidak terkunci dan lumayan besar untuk dimasuki. didalam rumah sudah kosong. tidak ada perabotan satupun disana. Akira dan Tori mengecek ruangan satu persatu tapi tidak ada hasil. tidak ada foto satupun disana. si pemilik sudah membereskan semua.
Tori: "nihil."
Akira: "kembali aja deh."
mereka kembali ke jendela tadi. Tori mengamati ruangan yang dia lewati.
Tori: "tunggu."
Tori menghentikan langkahnya dan mundur beberapa langkah.
Akira: "ada apa?"
Tori: "coba perhatikan dinding penyekat antara ruangan ini dan ruangan itu. bukankah terlalu tebal untuk ukuran tembok?"
Tori menunjukkan 2 ruangan yang dia lewati. Akira berjalan mengamati satu persatu.
Akira: "benar juga."
Tori: "kemungkinan ada jalan rahasia di antaranya."
Tori mengetuk-ngetuk dinding untuk memastikan.
Akira: "kita tinggalkan saja. dindingnya terlalu keras untuk di hancurkan tanpa peralatan. selain itu kalau ada orang yang liat. kita bisa dituntut merusak rumah orang lain."
Tori: "tidak perlu. dalam film biasanya ada tombol yang membuka rahasia."
Akira: "kau terlalu banyak nonton film. sudahlah kita balik. aku merasa tidak enak dengan rumah ini."
Tori menyerah dia tidak menemukan tombol rahasia yang di maksud. tak ada foto satu pun di sana. Kaori masih penasaran, benarkah Yuki meninggal? kenapa berita kematiannya seolah di tutupi? dan yang paling penting siapakah yang telah membunuh ibunya.
Kaori mampir di toko penjual es krim. dan membeli 3 bungkus es krim (uangnya patungan *gubrak!*) kemudian mereka melanjutkan bersepeda di Sanogawa River.
Tori: "whooaaaaaa... jenih sekali air sungai ini. beda jauh di tempat tinggalku yang dulu."
Akira: "Tori! tangkap!"
Akira melempar eskrim ke arah Tori. dengan cekatan Tori menangkapnya walau hampir jatuh. mereka duduk di batu pinggir sungai. yang paling kiri Kaori lalu Akira dan Tori. matahari telah tinggi tapi tidak terasa panas karena air sungai yang dingin.
Tori: "sungai yang indah."
Kaori: "kau tahu? sungai ini tetap mengalir walau musim kemarau."
Tori: "whoaaa hebat."
Kaori: "ya karena air sungai ini berasal dari gunung penyimpan air."
ikan disungai berenang dengan lincahnya menggoda untuk di pancing.
Tori: "jadi pengen mancing."
Akira: "jangan. ikan di sini tidak boleh di pancing karena akan mendatangkan musibah."
Tori: "ha?"
Kaori: "ikan di sungai ini beracun."
Tori: "owh begitu."
tapi ikan air tawar apa yang beracun? piranha? hm... Tori ingin tahu kenapa ikan-ikan tersebut beracun.
to be continue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar